PELATIHAN PEMBUATAN AKSESORIS DARI KAIN PERCA SEBAGAI LANGKAH MENDUKUNG KAMPANYE SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDG’S)

Yogyakarta – Kain perca merupakan salah satu limbah sisa produksi busana yang paling sulit untuk diuraikan secara organik. Kain perca dapat didefinisikan sebagai kain sisa atau kain yang sudah tidak terpakai dan tidak memiliki nilai jual. Oleh sebab itu, Kelompok mahasiswa Magister Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga melakukan pelatihan pembuatan aksesoris yang terbuat dari kain perca sehingga kain sisa ini dapat kembali memiliki nilai guna dan nilai jual. Kegiatan pelatihan ini dilakukan oleh keluarga FT UNY sebagai langkah mendukung kampanye Sustainable Development Goals( SDG’s) poin ke-11. Poin ke-11 ini memiliki tujuan khusus yaitu menjadikan kota atau wilayah yang aman dan berkelanjutan. Pelatihan yang dilakukan tim yang beranggotakan Agnes Dian Saputri, Eti Widiyanti, Fiqriyati Nur Azijah, Sri Indra Murini, dan Tsania Cantika Fadillah diikuti sebanyak 20 peserta yang berlokasi di dusun Demangan, kecamatan Maguwoharjo, Yogyakarta.

Aksesoris merupakan benda yang digunakan oleh sesorang untuk menambah keindahan dan rasa percaya diri. Ada banyak jenis aksesori yang dapat ditemui dipasaran seperti cincing, kalung, gelang, kacamat, dan yang lain sebagainya. Aksesoris tidak harus selalu terbuat dari material atau bahan yang baru, bisa juga memnafaatkan limbah seperti contohnya limbah tekstil yaitu kain peca. Pelatihan ini bertujuan memberikan pengetahuan peserta bagaimana menfaatkan kain perca aksesori kalung dan juga scrunchie. Keseluruhan proses pembuatan aksesoris dilakukan secara manual atau handmade tanpa bantuan mesin jahit, sehingga peserta dapat membuat sediri aksesoris tersebut dirumah. Peserta pelatihan diajarkan bagaimana menjahit kain perca tersebut hingga menjadi produk akhir yang cantik, selain itu peserta pelatihan juga diberikan pengetahuan bahan tekstil yang cocok untuk dijadikan aksesoris.

Pembuatan aksesoris handmade ini tidak hanya sebagai upaya pemanfaatan kain perca, namun juga dapat menjadi peluang bisnis peserta pelatihan. Kain perca atau kain sisa ini dapat dengan mudah ditemukan di linkungan sekitar. Bahan tambahan pembuatan aksesori kalung dan scrunchie juga dapat dengan mudah didapatkan atau dibeli dengan harga yang relatif murah. Dengan diadakannya pelatihan ini, peserta dapat memulai bisnis atau usaha membuat aksesoris dengan bahan yang ramah lingkungan.

Seluruh peserta yang hadir terlihat sangat antusias terhadap kegiatan pelatihan ini. Peserta yang hadir datang dari berbagai kalangan usia, remaja wanita hingga ibu rumah tangga. Para remaja yang masih belum awam dengan cara menjahit manual dengan tangan pada awalnya merasa kesulitan. Namun, dengan arahan dan bantuan tim para remaja tersebut sangat bersemangat untuk terus menjahit sampai produk aksesoris tersebut selesai. Ibu rumah tangga yang mengikuti pelatihan juga sangat antusias ketika proses pembuatan hingga melihat hasil akhir produk yang dibuat sendiri. (indra)